10 PERAN AYAH
Siapa saja bisa menjadi ayah bagi seorang anak, tetapi menjadi seorang ayah baik untuk anak-anaknya membutuhkan waktu seumur hidup. Ayah memainkan peran penting dalam kehidupan setiap anak yang tidak bisa diisi oleh orang lain. Peran ini dapat memiliki dampak besar pada anak dan membantu membentuknya menjadi orang seperti apa mereka di kemudian hari. Dengan memfokuskan pada “10 peran ayah,” kita dapat lebih mendalam dalam memahami kontribusi khusus yang dimiliki ayah dalam perkembangan anak-anak mereka.
Memberikan nafkah untuk keluarga
Allah SWT telah menetapkan hak dan kewajiban yang di antaranya adalah wajibnya seorang suami memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya dengan cara yang baik. Para ulama sepakat bahwa nafkah yang diberikan oleh suami kepada istri dan anak-anaknya adalah kewajiban individu. Allah SWT berfirman:
وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ “…Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya…” (QS Al Baqarah ayat 233) Allah SWT juga berfirman:
لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ “Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya…” (QS At Talaq ayat 7). Rasulullah SAW juga bersabda:
ولهن عليكم رزقهن وكسوتهن بالمعروف “…Hak mereka (istri) atas kalian (suami) adalah agar kalian memberi rezeki dan pakaian kepada mereka dengan cara yang baik.” (HR Muslim)
Karena itu, seorang istri memiliki hak atas rezeki suami, baik dalam kondisi miskin maupun kaya dan berkecukupan. Suami harus memberikan apa yang dibutuhkan oleh istri dan anak-anaknya, seperti tempat tinggal, pakaian, dan pangan secara penuh.
Sosok pemimpin di dalam keluarga
Penerapan tafsir tentang mutlaknya kepemimpinan laki laki dalam keluarga telah menjadi tradisi dalam masyarakat Jawa. Laki laki adalah pemimpin bagi perempuan, dan menempati kedudukan tinggi dalam keluarga sebagai “guru”. Pemahaman posisi laki-laki sebagai pemimpin keluarga yang harus dipatuhi perintahnya, hingga saat ini masih berlaku dalam masyarakat Jawa. Akibatnya kebahagiaan keluarga, bergantung pada komitmen suami dalam memimpin keluarga. Apabila suami dapat memimpin keluarganya ke jalan yang benar, tentu akan berdampak positif bagi kebahagiaan keluarga. Sebaliknya apabila suami tidak dapat menjadi teladan yang baik bagi keluarganya, maka keluarga akan memperoleh dampak negatif yang dapat menyengsarakannya. Laki-laki yang menganggap dirinya berada di posisi yang lebih tinggi dari pasangannya, dapat berperilaku semena-mena. Akibatnya, terjadi disharmoni dalam keluarga, bahkan bisa sampai terjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Menjadi pelindung bagi anak dan istri
Maraknya peristiwa KDRT sering kali terjadi di negri ini. Entah di kota-kota besar maupun di dalam perkampungan tidak terkecuali ditemukan kejadian serupa. Hal ini menunjukkan hilangnya fungsi qawwamah (kepemimpinan) pada laki-laki. Pada saat mistaqan ghalidza (ijab kabul) itu terucap dari lisan sang suami, bahwasanya ia telah diserahkan tanggung jawab besar oleh Allah Swt. yaitu menjadi pemimpin bagi keluarganya.
Jika kita cermati penyebab terjadinya KDRT ada banyak faktor pemicunya, mulai dari tingginya beban hidup, gaya hidup buruk, dan lemahnya kemampuan mengendalikan diri atau lainnya. Keretakan rumah tangga bisa terjadi hanya masalah ekonomi yang terpuruk sehingga tidak sedikit para suami telah mengabaikan hak anak dan istrinya dalam hal nafkah dan kebutuhan hidup mereka.
Disaat ketakwaan bukan menjadi tolak ukur baik laki-laki menjadi suami juga sebagai ayah maupun istri menjadi ibu bagi anaknya di rumah. Maka sering terjadi keretakan yang menjadi polemik dalam rumah tangga rumah. Menyebabkan mereka tidak mampu dalam mengendalikan diri pada saat emosi membara.
Berperilaku adil terhadap anak dan istri
Ketika ayah berbuat adil kepada anak dan istri, anak-anak tidak ada rasa cemburu terhadap kepada ibunya dan menghindari dari permusuhan. Anak memiliki karakter berijwa besar karena penghormatan dan kasih sayang orang tua, sehingga perkembangan pribadinya menjadi baik dan akan menjadi anak yang sholih serta taat kepada allah dan kepada kedua orang tua.
Membantu pekerjaan rumah istri
Saat ini seorang istri pun dapat membantu penghasilan suami dengan menjadi pegawai atau berwiraswasta. Sebaliknya, pekerjaan rumah tangga sejatinya tugas suami. Hal ini telah dicontohkan Rasulullah dengan mencuci bajunya sendiri. “Nasehat cucilah bajumu memiliki dimensi proses dan hasil,” ajarnya kepada 19 pasang calon pengantin itu. Sebagai sebuah proses, berarti ia berbagi dengan istri dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Pekerjaan rumah tangga seperti mencuci dan memasak termasuk dalam ruang lingkup kewajiban yang harus dilakukan suami. Pandangan ini diwakili oleh Imam Hanafi, Syafi’i dan Maliki. Adapun riwayat-riwayat lain yang menyebutkan bahwa istri harus melayani suami hanya menunjukkan sifat ketaatan dan keluhuran budi seorang istri.
Bermain dan bercanda bersama anak
Di antara kesukaan anak kecil, dia lebih senang bila diberi kesempatan untuk bermain. Bahkan, bila perlu ayah menyempatkan diri untuk menemani anaknya bermain sekalipun hanya sebentar. Bermain jika tidak melampau batas dan tidak membahayakan. Karena pembawaan anak kecil suka bermain, hendaknya ayah sebagai orang tua memberi kesempatan dia bermain. Tetapi ingat, harus diawasi, terutama bila bermain dengan temannya. Maklum, si kecil belum sempurna akalnya. Boleh jadi dia bermain merusak fisiknya, atau mengganggu temannya. Jika dia salah, ayah hendaknya meluruskannya.
Memberikan pendidikan kepada anak sesuai ajaran islam
Salah satu cara mendidik anak sesuai ajaran Rasulullah SAW yang pertama adalah mengajarkan tauhid. Ajaran tauhid adalah landasan paling penting umat Islam. Maka dari itu, mengajarkan pendidikan tauhid pada anak merupakan kewajiban yang paling utama.
Pentingnya mengajarkan tauhid ini sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Luqman ayat 13, yang artinya:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya kesyirikan itu merupakan kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13).
Menjadi teladan bagi anak dan istri
Ayah perlu menjadi teladan bagi anak dan istrinya agar dapat pembentukan karakter pada diri anak dan istri. Keteladanan seorang ayah diperlukan dalam mendidik dan memperkuat karakter dikeluarga, karena peran khusus seorang ayah sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang keluarga harmonis.
Mencarikan pendamping untuk anaknya
Salah satu upaya orang tua (ayah) yang sangat mulia adalah memilihkan pasangan yang baik untuk anaknya yang hendak menikah. Ini tentu sangat baik sebagai bentuk kehati-hatian orang tua agar anaknya memiliki masa depan yang indah dan cerah, sebagaimana tujuan-tujuan nikah, yaitu untuk meraih sakinah (ketenangan) mawaddah (kasih sayang) dan rahmah. Hak orang tua dalam menentukan calon suami maupun istri hanya sebatas memberikan nasihat dan mengarahkan pada calon yang lebih baik saja, bukan memaksanya untuk menikah dengan calon tertentu.
Mendoakan anak dan istri
Doa merupakan sarana untuk memohon dan meminta sesuatu kepada Allah SWT. Setiap orang tentu memiliki harapan yang secara tidak sadar berubah bentuk jadi doa. Terutama harapan agar keluarga senantiasa diberikan kebahagiaan dan dijauhkan dari marabahaya. Keluarga biasanya tinggal dalam satu rumah yang terdiri ayah, ibu dan anak. Mereka saling melindungi dan mengasihi agar tercipta keharmonisan dalam keluarga. Untuk itu, kaum Muslim dianjurkan untuk berdoa demi kebahagiaan dan keselamatan keluarganya. Doa untuk keluarga dan anak dibaca setiap hari, agar Allah selalu mempermudah segala urusan dan terlaksana semua harapannya.
Penulis: Raga
Editor: Rafi&Cantika