0851-7441-2025

revoedu.team@gmail.com

banner1 revoedu

Sampling Purposive: Strategi Pemilihan Sampel yang Tepat dalam Penelitian Kualitatif

Table of Contents

Penelitian digital

Dalam penelitian kualitatif, pemilihan sampel tidak dilakukan secara acak seperti pada penelitian kuantitatif. Salah satu metode yang paling sering digunakan adalah sampling purposive. Teknik ini dipilih karena memungkinkan peneliti menentukan informan secara sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu yang relevan dengan tujuan penelitian. Dengan kata lain, sampling purposive membantu peneliti memperoleh data yang lebih mendalam dan bermakna dibandingkan sekadar data yang bersifat luas.

Konsep sampling purposive berangkat dari gagasan bahwa tidak semua individu memiliki pengetahuan atau pengalaman yang sesuai dengan fokus penelitian. Karena itu, peneliti perlu memilih orang-orang yang dianggap paling tahu, paling berpengalaman, dan paling mampu memberikan informasi yang mendalam tentang fenomena yang dikaji. Pendekatan ini menjadikan penelitian lebih terarah dan hasilnya lebih kaya secara konteksual.

Baca Juga : Penelitian Naratif: Mengurai Makna di Balik Cerita Manusia

Pengertian Sampling Purposive

Sampling purposive (juga disebut purposive sampling atau judgmental sampling) adalah teknik pengambilan sampel dengan cara memilih subjek berdasarkan pertimbangan peneliti. Peneliti menentukan siapa yang dianggap paling relevan dengan fenomena yang diteliti. Menurut Patton (2002), purposive sampling digunakan ketika peneliti ingin memahami sesuatu secara mendalam, bukan untuk menggeneralisasikan hasil.

Teknik ini banyak digunakan dalam penelitian kualitatif, seperti studi kasus, etnografi, fenomenologi, atau penelitian tindakan kelas. Melalui sampling purposive, peneliti dapat mengidentifikasi individu atau kelompok yang memiliki pengalaman langsung terhadap fenomena yang ingin dipahami. Tujuannya bukan untuk mencari representasi statistik, tetapi representasi makna dan kedalaman informasi.

Karakteristik Sampling Purposive

Sampling purposive memiliki karakteristik yang membedakannya dari teknik sampling lain. Pertama, teknik ini tidak menggunakan probabilitas, artinya setiap individu tidak memiliki peluang yang sama untuk terpilih. Pemilihan didasarkan pada pertimbangan peneliti terhadap kriteria tertentu.

Kedua, sampling purposive bersifat selektif dan terarah. Peneliti memilih informan yang benar-benar sesuai dengan fokus penelitian. Misalnya, dalam penelitian tentang kepemimpinan kepala sekolah, peneliti tidak akan memilih siswa, tetapi kepala sekolah yang telah memiliki pengalaman memimpin lebih dari lima tahun.

Ketiga, sampling purposive bersifat fleksibel. Jumlah partisipan dapat bertambah atau berkurang sesuai kebutuhan data di lapangan. Jika peneliti merasa data belum jenuh (saturation belum tercapai), maka ia dapat menambah informan baru yang relevan.

Tujuan dan Fungsi Sampling Purposive

Tujuan utama sampling purposive adalah memperoleh data yang kaya makna dan mendalam. Fungsi lainnya meliputi:

  1. Memperoleh informan yang paling tahu tentang topik penelitian.
    Teknik ini memastikan data yang diperoleh berasal dari sumber yang kredibel.
  2. Menghemat waktu dan sumber daya.
    Dengan memilih informan yang tepat sejak awal, peneliti tidak perlu mengumpulkan data dari banyak orang yang tidak relevan.
  3. Memfokuskan penelitian pada konteks tertentu.
    Sampling purposive membantu peneliti membatasi cakupan penelitian agar lebih spesifik dan tajam.
  4. Meningkatkan kualitas interpretasi hasil penelitian.
    Karena informan dipilih berdasarkan pengalaman dan kompetensinya, data yang diperoleh lebih mendalam dan dapat diinterpretasikan secara lebih valid.

Jenis-jenis Sampling Purposive

Menurut Patton (2002) dan Miles & Huberman (1994), sampling purposive terdiri dari beberapa variasi tergantung pada tujuan penelitian. Berikut adalah jenis-jenisnya:

  1. Sampling Kasus Kritis (Critical Case Sampling)
    Digunakan ketika peneliti ingin memahami fenomena melalui kasus yang dianggap paling penting atau berpengaruh besar.
  2. Sampling Kasus Ekstrem (Extreme Case Sampling)
    Fokus pada individu atau kelompok dengan kondisi sangat berbeda dari kebanyakan, misalnya siswa dengan prestasi tertinggi dan terendah.
  3. Sampling Maksimum Variasi (Maximum Variation Sampling)
    Bertujuan menangkap keragaman pengalaman dari berbagai latar belakang yang berbeda agar hasil penelitian lebih komprehensif.
  4. Sampling Homogen (Homogeneous Sampling)
    Meneliti kelompok dengan karakteristik yang sama, misalnya guru matematika SMP di satu wilayah tertentu.
  5. Sampling Tipikal (Typical Case Sampling)
    Memilih kasus yang mewakili kondisi umum untuk menggambarkan fenomena secara representatif.
  6. Sampling Berbasis Kriteria (Criterion Sampling)
    Informan dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.
  7. Snowball Sampling (kadang dikombinasikan dengan purposive)
    Informan pertama menunjuk informan lain yang relevan, sehingga jaringan data berkembang seperti bola salju.

Langkah-langkah Melakukan Sampling Purposive

Agar sampling purposive dilakukan secara sistematis, peneliti perlu mengikuti beberapa langkah berikut:

  1. Menentukan Tujuan Penelitian
    Tujuan penelitian menjadi dasar utama dalam memilih jenis dan kriteria informan.
  2. Menentukan Kriteria Pemilihan Informan
    Peneliti menetapkan syarat tertentu, misalnya pengalaman minimal lima tahun, posisi jabatan, atau keterlibatan langsung dalam fenomena.
  3. Menyeleksi Informan Potensial
    Berdasarkan kriteria tersebut, peneliti menyusun daftar calon informan yang sesuai.
  4. Melakukan Kontak Awal dan Mendapatkan Persetujuan
    Komunikasi awal dilakukan untuk menjelaskan tujuan penelitian dan meminta persetujuan partisipan.
  5. Mengumpulkan Data dari Informan Terpilih
    Wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.
  6. Evaluasi dan Penyesuaian
    Jika data belum cukup mendalam, peneliti dapat menambah informan baru hingga data dianggap jenuh.

Kelebihan Sampling Purposive

Sampling purposive memiliki banyak keunggulan, terutama dalam penelitian kualitatif. Beberapa kelebihannya antara lain:

  1. Data Lebih Mendalam dan Kontekstual.
    Karena informan dipilih secara selektif, informasi yang diperoleh lebih kaya dan bermakna.
  2. Efisien dalam Pengumpulan Data.
    Peneliti tidak perlu mewawancarai banyak orang, cukup mereka yang benar-benar memahami fenomena.
  3. Fleksibel.
    Peneliti dapat menyesuaikan jumlah sampel dengan kebutuhan data dan perkembangan di lapangan.
  4. Cocok untuk Penelitian Eksploratif.
    Teknik ini sangat sesuai untuk memahami fenomena baru yang belum banyak diteliti.
  5. Mendukung Kedalaman Analisis.
    Dengan informan yang kompeten, peneliti dapat menggali makna dan persepsi yang sulit dicapai dengan metode kuantitatif.

Kelemahan Sampling Purposive

Namun, seperti metode lainnya, sampling purposive juga memiliki keterbatasan:

  1. Subjektivitas Peneliti Tinggi.
    Karena peneliti memilih informan berdasarkan pertimbangan pribadi, bias dapat muncul jika tidak berhati-hati.
  2. Tidak Dapat Digeneralisasikan.
    Hasil penelitian tidak bisa digeneralisasikan ke populasi yang lebih luas karena sampel tidak acak.
  3. Tergantung pada Kejujuran Informan.
    Jika informan tidak terbuka, data yang diperoleh bisa menyesatkan.
  4. Validitas Bergantung pada Ketepatan Kriteria.
    Kesalahan dalam menentukan kriteria pemilihan informan dapat mengurangi keabsahan hasil penelitian.

Peran Peneliti dalam Sampling Purposive

Peneliti memegang peranan kunci dalam proses sampling purposive. Ia harus memiliki kemampuan analitis, kepekaan terhadap konteks sosial, dan ketajaman dalam menentukan siapa yang paling layak menjadi sumber data.

Peneliti juga harus menjaga etika penelitian, seperti menjaga kerahasiaan informan, memperoleh persetujuan, serta bersikap objektif dalam menggali data. Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti bukan hanya sebagai pengumpul data, tetapi juga sebagai instrumen utama yang menafsirkan makna. Oleh karena itu, refleksi diri peneliti menjadi bagian penting dalam memastikan keabsahan data yang diperoleh.

Aplikasi Sampling Purposive dalam Penelitian

Sampling purposive banyak diterapkan di berbagai bidang penelitian, antara lain:

  1. Pendidikan:
    Digunakan untuk memilih guru, siswa, atau kepala sekolah yang dianggap paling relevan dengan tema penelitian.
  2. Kesehatan:
    Untuk memahami pengalaman pasien dengan kondisi tertentu, seperti penderita diabetes atau pasien pascaoperasi.
  3. Sosial dan Budaya:
    Meneliti kelompok masyarakat yang memiliki pengalaman unik, seperti komunitas adat, kelompok minoritas, atau korban bencana.
  4. Psikologi:
    Memilih partisipan berdasarkan pengalaman emosional atau trauma tertentu yang relevan dengan fokus penelitian.
  5. Ekonomi dan Bisnis:
    Digunakan untuk meneliti perilaku konsumen tertentu, misalnya pengguna aktif platform digital dalam kategori usia atau pekerjaan tertentu.

Strategi Menjaga Validitas Sampling Purposive

Untuk menjaga keabsahan data yang diperoleh, peneliti perlu menerapkan beberapa strategi berikut:

  1. Triangulasi Sumber.
    Menggunakan lebih dari satu informan dari kelompok berbeda untuk menguji konsistensi data.
  2. Refleksi Diri Peneliti.
    Peneliti perlu menuliskan catatan reflektif agar bias pribadi tidak mendominasi proses analisis.
  3. Member Checking.
    Mengonfirmasi hasil interpretasi kepada informan agar data yang disajikan sesuai dengan makna yang mereka maksud.
  4. Dokumentasi Detail.
    Menyimpan bukti wawancara, transkrip, atau foto sebagai verifikasi data.
  5. Kriteria Pemilihan yang Jelas.
    Menyebutkan secara eksplisit dalam laporan penelitian mengapa informan tersebut dipilih.

Contoh Penerapan Sampling Purposive

Sebagai contoh, dalam penelitian berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru”, peneliti dapat menggunakan sampling purposive dengan kriteria berikut:

  • Kepala sekolah yang telah menjabat minimal 3 tahun.
  • Guru yang telah bekerja di bawah kepemimpinan kepala sekolah tersebut minimal 2 tahun.
  • Sekolah yang telah menerapkan kebijakan inovatif.

Dengan kriteria seperti ini, data yang diperoleh akan menggambarkan pengalaman nyata dari para partisipan yang benar-benar memahami konteks penelitian.

Perbandingan Sampling Purposive dengan Teknik Sampling Lain

Dibandingkan teknik lain seperti random sampling atau systematic sampling, sampling purposive tidak berorientasi pada representasi numerik, melainkan makna kontekstual.

Jika penelitian kuantitatif bertujuan menemukan seberapa banyak fenomena terjadi, maka sampling purposive dalam penelitian kualitatif bertujuan memahami mengapa dan bagaimana fenomena itu terjadi. Dengan demikian, kedua pendekatan ini tidak bisa dipertentangkan, melainkan saling melengkapi.

Tantangan dalam Penerapan Sampling Purposive

Beberapa tantangan yang sering muncul dalam penerapan teknik ini antara lain:

  1. Sulit menentukan siapa informan yang benar-benar relevan.
  2. Keterbatasan waktu dan akses terhadap sumber data.
  3. Kemungkinan informan menolak terlibat.
  4. Peneliti harus memastikan tidak terjadi bias dalam memilih partisipan.

Untuk mengatasinya, peneliti perlu membangun kepercayaan dengan informan, menjelaskan tujuan penelitian secara transparan, dan menjaga etika selama proses pengumpulan data.

Baca Juga : Analisis Konten dan Relevansinya dalam Dunia Modern

Kesimpulan

Sampling purposive merupakan teknik pengambilan sampel yang sangat penting dalam penelitian kualitatif karena menekankan pada kedalaman informasi, relevansi data, dan konteks pengalaman. Pemilihan informan dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan logis dan kriteria tertentu yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian.

Teknik ini memungkinkan peneliti memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap fenomena sosial tanpa harus mengandalkan jumlah sampel yang besar. Meskipun memiliki kelemahan dalam hal generalisasi dan potensi subjektivitas, sampling purposive tetap menjadi pendekatan yang efektif untuk menggali makna di balik data empiris.

Terakhir, apakah Anda seorang peneliti atau akademisi yang ingin berkontribusi lebih luas pada ilmu pengetahuan? Atau mungkin Anda ingin membawa dampak nyata melalui penelitian dan pengabdian di bidang studi Anda?

Tunggu apalagi? Segera hubungi Admin Revoedu sekarang! Mulailah langkah baru Anda dalam kolaborasi ilmiah bersama kami. Jangan lupa bergabung di Komunitas Revoedu untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai layanan, peluang terbaru, serta tips dan panduan terkait dunia akademik. Kunjungi juga Web Revoedu untuk membaca artikel-artikel bermanfaat lainnya. Bersama Revoedu, capai impian akademik Anda dengan lebih mudah!

0851-7441-2025

revoedu.team@gmail.com