0851-7441-2025

revoedu.team@gmail.com

banner1 revoedu

Menyusun Pertanyaan Penelitian Studi Kasus

Table of Contents

Etika penerbitan

Dalam proses penyusunan penelitian, keberadaan pertanyaan penelitian studi kasus menjadi elemen penting untuk mengarahkan fokus dan batas kajian. Penelitian studi kasus membutuhkan pemahaman mendalam terhadap konteks tertentu, sehingga pertanyaannya pun harus bersifat eksploratif dan analitis.

Pertanyaan penelitian studi kasus bukan hanya menanyakan “apa yang terjadi,” melainkan juga “mengapa” dan “bagaimana” suatu fenomena terjadi dalam latar yang nyata. Oleh karena itu, kemampuan menyusun pertanyaan yang tajam akan sangat menentukan keberhasilan sebuah studi kasus.

aastikan bahwa pertanyaannya memenuhi kriteria spesifik, seperti fokus, relevansi, dan kelayakan.

Pertanyaan yang baik memiliki kejelasan dan terarah pada isu inti. Pertanyaan tersebut juga harus memandu peneliti untuk memperoleh data yang mendalam, tidak dangkal. Umumnya, pertanyaan penelitian studi kasus diawali dengan kata tanya seperti “bagaimana,” “mengapa,” atau “dalam kondisi apa.”

Selain itu, penting untuk menghindari pertanyaan yang terlalu luas atau terlalu sempit. Keseimbangan ini akan membantu peneliti mengatur fokusnya tanpa kehilangan makna kontekstual.

Baca Juga : Mengapa Pendekatan Kognitif Penting bagi Peneliti

Langkah Menyusun Pertanyaan Penelitian Studi Kasus

Menyusun pertanyaan yang tepat memerlukan proses berpikir yang sistematis dan reflektif. Berikut beberapa tahapan yang bisa dilakukan peneliti:

  1. Identifikasi Masalah
    Langkah awal adalah mengenali isu atau masalah yang akan diteliti. Peneliti harus memahami konteks sosial, latar belakang, serta urgensi dari masalah tersebut.
  2. Studi Literatur
    Kajian terhadap teori dan hasil penelitian sebelumnya sangat penting untuk menemukan celah yang bisa diteliti lebih lanjut.
  3. Tentukan Tujuan Penelitian
    Pertanyaan yang baik harus sesuai dengan tujuan utama penelitian. Tujuan tersebut akan menentukan jenis data yang perlu dikumpulkan.
  4. Susun Rumusan Pertanyaan
    Setelah memiliki fokus yang jelas, peneliti dapat mulai menyusun pertanyaan. Gunakan kata tanya eksploratif agar pertanyaan bersifat terbuka dan mendalam.
  5. Uji Kelayakan Pertanyaan
    Evaluasi apakah pertanyaan tersebut bisa dijawab melalui metode studi kasus dan apakah data lapangan memungkinkan untuk diperoleh.

Dengan mengikuti langkah ini, peneliti akan memiliki pertanyaan yang tidak hanya tajam tetapi juga operasional.

Contoh-Contoh Pertanyaan Studi Kasus

Untuk memperjelas konsep, berikut adalah beberapa contoh pertanyaan penelitian studi kasus dari berbagai bidang:

  • Pendidikan:
    “Bagaimana implementasi kurikulum merdeka dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa di SMA X?”
  • Kesehatan:
    “Mengapa pasien dengan diabetes tipe 2 di wilayah perkotaan mengalami ketidakpatuhan terhadap pengobatan?”
  • Manajemen:
    “Bagaimana strategi adaptasi UMKM kuliner dalam menghadapi krisis ekonomi pasca pandemi COVID-19?”
  • Sosiologi:
    “Dalam kondisi apa konflik antarwarga muncul di daerah perbatasan dan bagaimana proses penyelesaiannya?”

Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana pertanyaan dalam studi kasus bersifat kontekstual, mendalam, dan mengarah pada pemahaman menyeluruh terhadap fenomena.

Perbedaan dengan Pertanyaan Penelitian Lain

Pertanyaan dalam studi kasus sangat berbeda dari jenis pertanyaan kuantitatif. Jika penelitian kuantitatif cenderung bertanya tentang hubungan antar variabel, maka studi kasus lebih menekankan pada konteks dan proses.

Pertanyaan kuantitatif, misalnya: “Apakah ada hubungan antara penggunaan media sosial dan prestasi akademik?”
Sementara dalam studi kasus, pertanyaannya bisa menjadi: “Bagaimana mahasiswa memanfaatkan media sosial dalam proses pembelajaran sehari-hari?”

Dengan kata lain, studi kasus tidak mengejar generalisasi, melainkan pemahaman mendalam terhadap satu unit atau peristiwa spesifik. Oleh karena itu, pertanyaan harus dirancang dengan mempertimbangkan kompleksitas konteks.

Peran Peneliti dalam Merumuskan Pertanyaan

Dalam studi kasus, peneliti bukan hanya sebagai pengamat pasif. Ia juga menjadi instrumen utama dalam proses pengumpulan dan analisis data. Oleh karena itu, kepekaan peneliti terhadap fenomena sangat penting.

Pertanyaan penelitian studi kasus mencerminkan cara pandang peneliti terhadap realitas yang sedang diamati. Maka, semakin tajam intuisi peneliti, semakin tepat pula pertanyaan yang ia rumuskan.

Peneliti harus terbuka terhadap dinamika lapangan, serta siap melakukan revisi atau penyesuaian terhadap pertanyaan yang telah dirancang. Hal ini merupakan bagian dari fleksibilitas metode studi kasus.

Tantangan dalam Merumuskan Pertanyaan Studi Kasus

Meski terlihat sederhana, menyusun pertanyaan studi kasus memiliki tantangan tersendiri. Beberapa kendala umum yang sering dihadapi peneliti antara lain:

  • Kurangnya pemahaman konteks lapangan
    Jika peneliti belum cukup memahami latar atau subjek penelitian, pertanyaannya cenderung dangkal.
  • Fokus terlalu luas
    Banyak peneliti pemula membuat pertanyaan yang mencakup banyak aspek sekaligus, sehingga sulit dijawab secara mendalam.
  • Ketergantungan pada teori
    Meskipun teori penting, terlalu terpaku pada kerangka teoretis dapat membatasi eksplorasi lapangan yang lebih kaya.
  • Ketidaksesuaian dengan metode
    Pertanyaan yang tidak cocok dengan pendekatan studi kasus bisa membuat data yang dikumpulkan tidak relevan.

Oleh karena itu, refleksi dan diskusi bersama pembimbing atau sesama peneliti sangat dianjurkan dalam proses perumusan pertanyaan.

Baca Juga : Mengasah Diri Lewat Berpikir Kritis

Kesimpulan

Pertanyaan penelitian studi kasus memegang peranan vital dalam keberhasilan suatu studi. Pertanyaan yang tepat mampu menggali fenomena secara mendalam, memahami dinamika yang tersembunyi, serta menghasilkan pemahaman kontekstual yang bermakna.

Untuk menghasilkan pertanyaan yang kuat, peneliti harus memahami konteks, tujuan, dan fokus penelitian sejak awal. Langkah-langkah seperti identifikasi masalah, studi literatur, dan uji kelayakan menjadi fondasi penting.

Selain itu, peneliti perlu menyadari bahwa studi kasus menuntut fleksibilitas dan kedalaman berpikir. Maka dari itu, keberhasilan dalam menyusun pertanyaan bukan hanya soal teknis, tetapi juga menyangkut kepekaan intelektual dan etis terhadap realitas sosial yang sedang diteliti.

Jika dirancang dengan hati-hati dan didasarkan pada pemahaman yang kuat, pertanyaan studi kasus dapat membuka pintu menuju temuan-temuan yang tidak hanya bermakna secara akademik, tetapi juga bermanfaat secara praktis di dunia nyata.

Terakhir, apakah Anda seorang peneliti atau akademisi yang ingin berkontribusi lebih luas pada ilmu pengetahuan? Atau mungkin Anda ingin membawa dampak nyata melalui penelitian dan pengabdian di bidang studi Anda?

Tunggu apalagi? Segera hubungi Admin Revoedu sekarang! Mulailah langkah baru Anda dalam kolaborasi ilmiah bersama kami. Jangan lupa bergabung di Komunitas Revoedu untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai layanan, peluang terbaru, serta tips dan panduan terkait dunia akademik. Kunjungi juga Web Revoedu untuk membaca artikel-artikel bermanfaat lainnya. Bersama Revoedu, capai impian akademik Anda dengan lebih mudah!

0851-7441-2025

revoedu.team@gmail.com