0851-7441-2025

revoedu.team@gmail.com

banner1 revoedu

Kesalahan-Kesalahan Umum dalam Menulis Abstrak Jurnal Ilmiah yang Jarang Disadari Penulis

Table of Contents

Menulis abstrak untuk sebuah jurnal ilmiah adalah bagian penting dari proses publikasi. Abstrak berfungsi sebagai ringkasan dari keseluruhan penelitian dan memberikan gambaran singkat kepada pembaca tentang tujuan, metodologi, hasil, dan kesimpulan dari penelitian tersebut. Sayangnya, banyak penulis sering kali melakukan kesalahan saat menulis abstrak, baik karena kurangnya pemahaman tentang fungsi abstrak atau karena terburu-buru dalam proses penulisan. Artikel ini akan mengulas beberapa kesalahan umum yang sering terjadi dalam penulisan abstrak jurnal ilmiah yang jarang disadari oleh penulis, serta memberikan tips untuk menghindarinya.

abstrak jurnal ilmiah

1. Abstrak Terlalu Panjang atau Terlalu Pendek

Salah satu kesalahan paling umum dalam penulisan abstrak adalah tidak mematuhi batasan jumlah kata yang ditentukan oleh jurnal atau konferensi. Abstrak yang terlalu panjang sering kali berisi detail yang tidak relevan, sementara abstrak yang terlalu pendek cenderung tidak memberikan cukup informasi tentang penelitian.

a. Abstrak terlalu panjang

Jika abstrak memuat terlalu banyak detail, misalnya dengan menyertakan deskripsi yang berlebihan tentang metodologi atau latar belakang, pembaca mungkin merasa kewalahan. Abstrak seharusnya bersifat ringkas, hanya menyajikan informasi utama dari penelitian.

b. Abstrak terlalu pendek

Sebaliknya, abstrak yang terlalu singkat mungkin gagal menyampaikan poin-poin penting dari penelitian. Hal ini bisa membuat pembaca tidak mendapatkan pemahaman yang cukup tentang apa yang dilakukan dalam penelitian tersebut dan apa hasil utama yang ditemukan.

Tips: Pastikan untuk mematuhi batasan kata yang ditetapkan oleh jurnal atau konferensi. Biasanya, abstrak berkisar antara 150 hingga 250 kata. Memfokuskan hanya pada poin-poin penting dan hindari informasi yang tidak relevan.

2. Tidak Memuat Tujuan Penelitian dengan Jelas

Abstrak yang baik harus dengan jelas menyatakan tujuan penelitian. Banyak penulis gagal mengidentifikasi secara eksplisit pertanyaan penelitian atau masalah yang coba diselesaikan. Ini membuat abstrak terasa tidak fokus dan sulit dipahami oleh pembaca.

a. Kurangnya pernyataan tujuan

Beberapa penulis langsung masuk ke metodologi atau hasil tanpa memberikan konteks yang jelas mengenai mengapa penelitian ini dilakukan. Pembaca perlu memahami latar belakang atau masalah utama yang menjadi alasan dilakukannya penelitian ini.

b. Tujuan yang tidak spesifik

Terkadang, tujuan penelitian disampaikan, tetapi terlalu umum atau kabur. Abstrak yang ambigu atau tidak spesifik tidak akan memberikan informasi yang memadai tentang fokus penelitian.

Tips: Mulailah abstrak dengan pernyataan yang jelas tentang masalah atau pertanyaan penelitian yang ingin dijawab. Nyatakan tujuan penelitian Anda secara ringkas namun tepat, sehingga pembaca langsung memahami arah penelitian Anda.

3. Deskripsi Metodologi yang Kurang Detail

Metodologi adalah elemen kunci dalam abstrak, tetapi sering kali penulis tidak memberikan cukup informasi tentang pendekatan yang mereka gunakan. Ini dapat membingungkan pembaca dan membuat mereka bertanya-tanya tentang validitas penelitian.

a. Metodologi yang kabur

Banyak penulis hanya memberikan deskripsi umum tanpa menjelaskan metode yang digunakan dengan detail yang memadai. Padahal, metodologi memberikan konteks penting bagi pembaca untuk memahami bagaimana data dikumpulkan dan dianalisis.

b. Metodologi yang terlalu teknis

Sebaliknya, beberapa abstrak terlalu mendetail dalam menjelaskan metodologi hingga memuat istilah teknis yang hanya bisa dipahami oleh ahli dalam bidang tersebut. Ini dapat membuat abstrak sulit diakses oleh pembaca dari berbagai latar belakang.

Tips: Jelaskan metodologi secara singkat dan langsung. Sebutkan jenis penelitian (kualitatif, kuantitatif, atau campuran), metode pengumpulan data (misalnya, survei, eksperimen, wawancara), serta pendekatan analisis yang digunakan. Hindari istilah teknis yang tidak perlu jika tidak mutlak dibutuhkan.

4. Tidak Memasukkan Hasil Penelitian yang Signifikan

Abstrak yang tidak menyertakan hasil penelitian merupakan kesalahan besar. Abstrak tanpa hasil tidak memberikan pembaca alasan untuk membaca artikel penuh karena mereka tidak tahu apa yang ditemukan dari penelitian tersebut.

a. Tidak mencantumkan hasil

Penulis terkadang hanya menjelaskan tujuan dan metode, namun gagal mencantumkan hasil penelitian dengan jelas. Ini membuat abstrak terasa tidak lengkap, dan pembaca kehilangan esensi dari penelitian tersebut.

b. Hasil yang terlalu umum

Penulis yang mencantumkan hasil sering kali memberikan kesimpulan yang terlalu umum atau samar, seperti “hasil menunjukkan dampak positif” tanpa menjelaskan secara spesifik apa yang ditemukan.

Tips: Pastikan untuk menyertakan hasil utama dari penelitian Anda. Fokuskan pada temuan-temuan penting dan nyatakan hasil dengan jelas dan spesifik. Jika memungkinkan, sertakan data atau angka yang mendukung hasil Anda.

5. Kurangnya Kesimpulan atau Implikasi Penelitian

Kesalahan lain yang sering terjadi adalah tidak adanya kesimpulan atau implikasi penelitian dalam abstrak. Kesimpulan memberikan ringkasan dari apa yang telah ditemukan, sedangkan implikasi menggambarkan dampak dari penelitian tersebut terhadap bidang yang bersangkutan.

a. Tidak ada kesimpulan

Beberapa abstrak berhenti pada hasil penelitian tanpa menyertakan kesimpulan. Kesimpulan yang hilang membuat abstrak terasa seperti tidak ada penutup yang jelas.

b. Tidak ada implikasi

Implikasi menjawab pertanyaan “mengapa penelitian ini penting?”. Jika implikasi dari penelitian tidak dijelaskan, pembaca mungkin tidak mengerti bagaimana penelitian ini berkontribusi pada bidang yang sedang dibahas.

Tips: Sertakan kesimpulan yang jelas dari penelitian Anda serta implikasi yang relevan bagi pembaca. Jelaskan mengapa temuan ini penting dan bagaimana temuan tersebut dapat berkontribusi pada pengembangan ilmu atau praktik di bidang yang relevan.

6. Penggunaan Bahasa yang Tidak Efektif

Bahasa yang digunakan dalam abstrak harus sederhana, lugas, dan tepat. Namun, banyak penulis melakukan kesalahan dalam penggunaan bahasa yang tidak efektif, baik karena terlalu teknis, bertele-tele, atau tidak jelas.

a. Bahasa yang terlalu teknis

Penggunaan jargon atau istilah teknis yang berlebihan dapat membuat abstrak sulit dipahami oleh pembaca yang tidak memiliki latar belakang khusus dalam bidang tersebut. Abstrak seharusnya dapat diakses oleh pembaca umum dalam komunitas ilmiah.

b. Kalimat yang bertele-tele

Penulis sering kali terjebak dalam penjelasan yang berputar-putar atau menyertakan informasi yang tidak diperlukan. Ini membuat abstrak terasa panjang dan melelahkan untuk dibaca.

Tips: Gunakan bahasa yang sederhana namun tetap ilmiah. Hindari jargon yang tidak perlu, dan pastikan kalimat-kalimat dalam abstrak singkat dan to the point. Tujuannya adalah untuk menyampaikan informasi yang padat namun mudah dipahami.

7. Mengabaikan Tinjauan Kembali Abstrak

Penulis sering kali terburu-buru dalam menyelesaikan abstrak dan tidak meluangkan waktu untuk meninjaunya kembali. Kesalahan kecil dalam tata bahasa, ejaan, atau struktur kalimat dapat menurunkan kualitas abstrak secara keseluruhan.

a. Tata bahasa yang buruk

Kesalahan tata bahasa, ejaan, atau tanda baca membuat abstrak terlihat tidak profesional. Pembaca bisa saja merasa skeptis terhadap kredibilitas penelitian jika abstrak ditulis dengan tidak cermat.

b. Struktur yang tidak jelas

Terkadang, penulis tidak menyusun abstrak dengan urutan logis. Tujuan, metodologi, hasil, dan ke.simpulan bisa tertulis secara acak sehingga abstrak sulit dipahami.

Tips: Setelah menulis abstrak, luangkan waktu untuk meninjau dan menyuntingnya. Periksa tata bahasa, ejaan, dan kesesuaian struktur. Abstrak yang ditulis dengan baik mencerminkan kualitas penelitian itu sendiri.

8. Contoh Abstrak

Untuk membedah abstrak berdasarkan tips menghindari kesalahan umum dalam penulisan abstrak jurnal ilmiah, kita akan mengevaluasinya dari segi panjang abstrak, kejelasan tujuan penelitian, deskripsi metodologi, penyajian hasil, kesimpulan atau implikasi, penggunaan bahasa, dan tinjauan kembali. Berikut ini adalah contoh abstrak dari jurnal ilmiah karya Evania Yafie, dkk:

Berdasarkan Permendikbud Nomor 137 tentang Standar Nasional PAUD, pendidik anak usia dini merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, pelatihan, pengasuhan dan perlindungan. Oleh sebab itu untuk menunjang proses belajar dalam kegiatan belajar mengajar maka diperlukan kreativitas guru mengembangkan, merencanakan dan menerapkan pemanfaatannya dalam penggunaan media ajar seperti Alat Permainan Edukatif yang lebih dikenal dengan APE. Berdasarkan observasi awal, fenomena yang terjadi di lingkungan pendidikan anak usia dini (PAUD) banyak ditemukan bahwa rendahnya pemanfaatan Alat Permainan Edukatif (APE) dan kreatifitas guru dalam proses pembelajaran. Kenyaatan yang ada di lapangan tersebutlah yang membuat peneliti melaksanakan program yang dapat meningkatkan kualitas guru di Lombok Timur melalui pelatihan pengembangan pembelajaran. Pelatihan untuk tenaga pendidik atau guru profesional ini merupakan teknik merencanakan pengajaran serta cara untuk meningkat pembelajaran yang efektif dan efisien. Pelatihan pengembangan pembelajaran yang dilakukan yaitu “Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran untuk Meningkatakan Keterampilan Mengembangkan Alat Permainan Edukatif dari Bahan Bekas di Kota Selong Lombok Timur”. Berdasarkan diskusi hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang diharapkan dalam penelitian, maka dirumuskan kesimpulan bahwa pelatihan pembuatan media pembelajaran mampu meningkatkan keterampilan mengembangkan alat permainan edukatif (APE) dari bahan bekas guru TK dan SD kelas awal di Kota Selong Lombok Timur dengan signifikan.

Nah, mari coba analisis contoh penelitian di atas. Jika kita coba ulas kembali abstrak di atas Anda akan menemukan beberapa hal yang perlu di soroti. Yang pertama mulai dari panjang abstraknya. Abstrak ini terlihat lebih panjang dari standar yang umum (150-250 kata). Ada beberapa bagian yang tampaknya bisa diringkas tanpa mengorbankan makna, seperti penjelasan latar belakang yang cukup panjang. Abstrak sebaiknya berfokus pada poin-poin penting saja, seperti tujuan, metodologi, hasil, dan kesimpulan. Maka, akan lebih baik jika latar belakang yang panjang ini bisa diringkas agar lebih fokus pada tujuan penelitian dan hasil utamanya.

Yang kedua bisa dilihat dari kejelasan tujuan penelitiannya yang tentunya tidak secara eksplisit dinyatakan di awal abstrak. Meskipun disebutkan bahwa penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru melalui pelatihan, tujuan tersebut tidak diungkapkan dengan jelas pada bagian awal abstrak. Maka solusinya adalah abstrak dimulai dengan pernyataan yang lebih langsung mengenai tujuan penelitian, seperti “Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pelatihan pembuatan media pembelajaran terhadap keterampilan guru dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif (APE) dari bahan bekas di Kota Selong, Lombok Timur.

Yang ketiga yaitu dilihat dari deskripsi metodologinya yang hanya dijelaskan secara umum, yaitu pelatihan untuk guru atau tenaga pendidik. Namun, tidak ada rincian mengenai bagaimana pelatihan ini dilakukan, berapa lama pelatihan berlangsung, siapa peserta pelatihan, dan bagaimana keterampilan diukur. Untuk itu tentunya metodologi perlu dijelaskan lebih rinci. Sebagai contoh, sebutkan berapa banyak guru yang ikut dalam pelatihan, metode pelatihan yang digunakan (misalnya, apakah berbasis praktik atau teori), serta cara pengukuran keterampilan guru setelah pelatihan.

Yang keempat adalah penyajian hasilnya disebutkan secara jelas, yaitu pelatihan mampu meningkatkan keterampilan guru dalam mengembangkan APE dari bahan bekas secara signifikan. Namun, tidak ada detail kuantitatif atau data yang mendukung klaim tersebut, misalnya persentase peningkatan atau indikator keterampilan apa yang meningkat. Sebaiknya penulis menyertakan data kuantitatif atau indikator spesifik yang menggambarkan peningkatan keterampilan guru setelah pelatihan, misalnya “keterampilan guru meningkat sebesar X% setelah mengikuti pelatihan.”

Yang kelima yaitu kesimpulan atau implikasinya dengan begitu kesimpulan disebutkan secara jelas, yaitu pelatihan mampu meningkatkan keterampilan guru dalam mengembangkan APE dari bahan bekas. Namun, implikasi penelitian ini belum dijelaskan. Abstrak seharusnya juga menjawab pertanyaan mengenai dampak atau manfaat dari hasil penelitian, misalnya bagaimana penelitian ini dapat diterapkan di lingkungan pendidikan yang lebih luas. Agar semakin lengkap Tambahkan satu atau dua kalimat yang menjelaskan implikasi dari hasil penelitian ini, seperti potensi penerapan pelatihan di wilayah lain atau kontribusinya terhadap peningkatan kualitas pembelajaran PAUD.

Yang keenam adalah penggunaan bahasanya yang cukup jelas dan lugas, tetapi ada beberapa kalimat yang bisa disederhanakan agar lebih efektif. Misalnya, bagian latar belakang terlalu deskriptif dan bisa diringkas. Dengan begitu sederhanakan kalimat-kalimat yang terlalu panjang dan berbelit-belit, terutama pada bagian latar belakang, agar abstrak lebih mudah dipahami oleh pembaca dalam waktu singkat.

Yang ketujuh yaitu dengan cara tinjauan kembali maka tidak akan ada kesalahan tata bahasa yang mencolok. Namun, beberapa kata atau frasa seperti “kenyataan yang ada di lapangan” bisa diubah menjadi frasa yang lebih formal, seperti “hasil observasi di lapangan.” Maka lakukan tinjauan kembali terhadap kata-kata atau frasa yang kurang formal dan pastikan struktur kalimatnya konsisten. Penulis juga perlu memastikan bahwa abstrak telah sesuai dengan gaya bahasa ilmiah yang profesional.

Dan yang terakhir adalah dengan kesimpulan dari evaluasi dengan melakukan hal ini maka abstrak artikel ini sudah mencakup beberapa elemen penting seperti latar belakang, metodologi (walau sangat umum), hasil, dan kesimpulan. Namun, ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki agar abstrak lebih sesuai dengan standar penulisan jurnal ilmiah, seperti memperjelas tujuan penelitian sejak awal, memberikan rincian metodologi yang lebih jelas, menyertakan data kuantitatif atau temuan spesifik dari hasil penelitian, serta menjelaskan implikasi hasil penelitian bagi dunia pendidikan secara lebih luas. Selain itu, bahasa dan struktur kalimat dapat lebih disederhanakan agar abstrak lebih ringkas dan efektif.

Kesimpulan

Menulis abstrak jurnal ilmiah yang baik membutuhkan keterampilan dan perhatian terhadap detail. Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi, seperti abstrak yang terlalu panjang atau pendek, penggunaan metodologi yang kabur, atau tidak mencantumkan hasil penelitian yang signifikan, sering kali dapat mengurangi efektivitas abstrak dalam menarik minat pembaca. Dengan memahami dan menghindari kesalahan-kesalahan ini, penulis dapat menyusun abstrak yang lebih jelas, ringkas, dan informatif, sehingga meningkatkan peluang artikel mereka untuk diterima dan dibaca secara luas dalam komunitas ilmiah.

Tertarik untuk lebih produktif dalam hal penelitian dan ingin berkontribusi lebih luas untuk ilmu pengetahuan? Berkolaborasi dengan Revoedu menjadi solusi untuk Anda yang ingin mewujudkan secara nyata sumbangsih ilmu pengetahuan melalui penelitian dan pengabdian untuk bidang studi Anda.

Tunggu apalagi, segera hubungi Admin Revoedu untuk bergabung dengan komunitas peneliti untuk memulai langkah kolaborasi Anda. Jangan lupa bergabung pada Channel kami untuk informasi lebih lanjut seputar layanan dan kesempatan.

0851-7441-2025

revoedu.team@gmail.com