0851-7441-2025

revoedu.team@gmail.com

banner1 revoedu

Mari Mengenal Tipe Pola Asuh/ Parenting!

Table of Contents

Mengasuh anak bukan sekadar keterampilan saja

Memiliki anak mengharuskan orang tua untuk dapat mendidik anak supaya anak bisa memiliki kepribadian cerdas, sehat, mandiri, dan berperilaku baik. Mengasuh anak tidak sekadar sebuah keterampilan, mengikuti buku panduan parenting saja, atau mengikuti podcast parenting di youtube. Namun, dalam mengasuh anak melihat aspek lain seperti kebiasaan, budaya, bahkan nilai agama yang akan diajarkan pada anak. Orang tua yang mempersiapkan diri dengan pengetahuan parenting yang memadai untuk kebutuhan anak akan optimal dalam mendidik anak.

Seorang anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda dengan anak lainnya. Orang tua memiliki tanggung jawab dan peran besar dalam menentukan parenting yang tepat untuk anak. Pola asuh yang diterapkan orang tua akan terus berkembang pada anak hingga mereka memasuki usia dewasa.  Maka dari itu sebagai orang tua wajib mengetahui tipe/ jenis pola mengasuh pada anak. Berikut beberapa jenis parenting yang bisa orang tua terapkan:

Tipe Pola Parenting

  1. Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola asuh dengan mendidik anak menggunakan kepemimpinan otoriter. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter menggambarkan sikap orang tua yang bertindak keras. Selain itu orang tua tipe otoriter cenderung membatasi apa yang dilakukan anak, memaksakan kehendak, dan cenderung tertutup dari apa yang dirasakan anak. Pola asuh ini mengharuskan anak untuk patuh sepenuhnya terhadap perintah, larangan, dan keinginan dari orang tua.

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan sudah benar sehingga tidak memerlukan pendapat dari anak. Sehingga anak yang tumbuh dengan pola asuh otoriter memiliki lebih banyak tekanan dibanding anak lainnya. Anak yang tumbuh dengan pola asuh otoriter mengalami kepercayaan diri yang rendah. Hal ini disebabkan pola asuh orang tua untuk tidak mendengar pendapat anak sehingga anak tidak memiliki kemampuan untuk mengungkapkan apa yang dirasakan. Pola asuh otoriter bisa menjadi boomerang bagi orang tua karena anak bisa melakukan kebohongan untuk menghindari hukuman dari orang tua. Pola asuh otoriter bisa membentuk anak menjadi pribadi yang keras karena pola pengasuhan yang kaku.  Ciri dari pola asuh otoriter disebutkan berikut (1) tidak memiliki kepekaan dengan kebutuhan anak, (2) memiliki aturan ketat yang wajib dipatuhi anak, (3) memiliki harapan tinggi supaya anak berkelakuan baik.

  1. Pola asuh suportif

Berbanding terbalik dengan pola asuh sebelumnya, pola asuh suportif dilakukan orang tua dengan mendukung/ mendorong apa yang dilakukan anak selama masih dalam batas wajar. Menjadi orang tua suportif berarti mengutamakan kepentingan pada anak, namun peran orang tua tetap terlibat, hadir, dan membantu sebagai penasehat dan pengarah. Ciri pola asuh suportif yakni (1) memiliki aturan yang jelas dan masuk akal, (2) mendukung anak untuk melakukan yang terbaik dan peka terhadap kebutuhan anak, (3) menghargai pendapat yang disampaikan anak.

Orang tua yang menerapkan pola asuh suportif membuat anak merasa aman, tenteram, percaya diri, merasa dicintai dan dihargai keberadaannya. Orang tua yang suportif akan menunjukkan dukungan penuh kepada anaknya meskipun anak tersebut gagal dalam pencapaiannya. Anak yang tumbuh dengan pola asuh suportif akan lebih dapat mandiri, bertanggung jawab, dapat mengendalikan diri, mampu berpikir terstruktur dan memiliki kepercayaan diri.

  1. Pola asuh permisif

Pola asuh permisif dikenal dengan pola asuh yang memanjakan, disebut demikian karena ditandai dengan memberi kebebasan dan keterbukaan pada anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif tidak mengekang anak dengan banyak aturan. Orang tua yang memilih pola asuh permisif memilih jalan tidak otoriter untuk anak.

Karakterisitik pola asuh permisif yang diterapkan orang tua antara lain orang tua tidak banyak menetapkan aturan standar perilaku anak, tidak konsisten dengan aturan yang dibuat, tidak memberi tanggung jawab jelas pada anak, jarang memberi konsekuen pada anak yang melanggar aturan, percaya sepenuhnya pada keputusan anak sehingga orang tua jarang terlibat dalam pertimbangan apa yang dilakukan anak, mengandalkan materi supaya anak bisa dikontrol, hubungan orang tua dan anak terlihat seperti teman, tidak membatasi kegiatan anak termasuk bermain.

Meskipun pola asuh permisif terdengar cukup asyik dan terbuka bagi anak. Kenyataannya pola asuh ini membawa resiko kurang baik untuk anak.

Berikut beberapa dampak kurang baik dari pola asuh permisif

1) prestasi akademik rendah, hal ini karena orang tua yang permisif tidak memiliki ekspektasi apapun kepada anaknya dan tidak menerapkan target yang jelas.

2) kesulitan mengambil keputusan, hal ini disebabkan dari kebiasaan orang tua dengan pola asuh yang permisif untuk tidak ikut campur dalam pengambilan keputusan yang dibuat anak atau saat anak mengalami masalah. Padahal seorang anak tetap membutuhkan bimbingan orang tua dalam hal-hal tertentu. Jika keadaan tersebut terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan anak memiliki keterampilan sosial yang buruk.

3) kesulitan mengelola stress, anak dengan pola asuh permisif tidak terbiasa mengendalikan emosinya terutama saat di situasi dimana mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Ada penelitian yang mengatakan bahwa anak yang tidak terbiasa mengelola stress dengan baik berisiko berkembang dengan pribadi yang kurang empati, sulit bergaul, dan cenderung melakukan hal-hal kurang baik untuk mengalihkan stressnya seperti minum-minuman alcohol dan penggunaan obat-obatan terlarang.

4) sulit mengatur kebiasaan, anak yang tumbuh dengan pola asuh permisif tidak terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan akibat kebebasan yang diberikan orang tua. Di samping sulit mengatur kebiasaan, anak dengan pola asuh permisif sulit untuk mengatur waktu. Waktu meraka habis untuk hal-hal yang dirasa kurang bermanfaat seperti bermain dan sedikit belajar. Hal ini karena pola asuh orang tua yang membebaskan anak melakukan apapun tanpa pertimbangan yang baik.

 

  1. pola asuh univolved (tidak peduli)

pola asuh uninvolved atau biasa disebut pola asuh pengabaian adalah pola asuh yang ditandai dengan tidak adanya batasan aturan untuk anak, orang tua malah cenderung mengabaikan anaknya. Di saat yang sama orang tua bersikap kurang hangat dan kasih saying kepada anak. Pola asuh pengabaian cenderung negatif karena dalam kasus tertentu yang lebih ekstrem orang tua mengabaikan kebutuhan pokok anak mulai dari sandang, pangan, dan papan. Pola asuh ini cenderung lepas tangan dan tidak mau terlibat dalam kehidupan anak. Ciri pola asuh pengabaian antara lain:

1)fokus pada keinginan sendiri. Orang tua dengan pola asuh pengabaian kerap sibuk dan kewalahan dengan urusan masalahnya sendiri sehingga tidak responsif kepada anak.

2) kurang adanya emosional dengan anak, orang tua memiliki jarak kepada anaknya sehingga emosi yang dibangun antara anak dan orang tua kurang bahkan tidak ada.

3) kurang tertarik dengan aktivitas anak. Orang tua yang tidak memiliki ikatan kasih sayang atau emosional kepada anaknya maka kurang tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak.

4) tidak ada aturan atau harapan. Orang tua dengan pola asuh pengabaian tidak memiliki gaya kedisiplinan untuk anaknya. Aktivitas yang dilakukan anak selama tidak memengaruhi orang tua maka tidak diprhatikan terlalu mendalam. Anak cenderung dibiarkan melakukan keinginannya tanpa batasan dari orang tua karena orang tua tidak memiliki harapan kepada anak.

Itulah pemaparan terkait tipe-tipe parenting yang bisa dijadikan referensi bagi orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak mereka.

0851-7441-2025

revoedu.team@gmail.com