Pola Asuh Positif Parenting
-
Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran krusial dalam mengembangkan potensi dan membentuk karakter anak, termasuk keterampilan dan wawasan. Oleh karena itu, terus-menerus dibangun dan dikembangkan agar proses pelaksanaannya menghasilkan generasi yang diharapkan. Dalam konteks ini, “Pola Asuh Positif Parenting” menjadi kunci penting dalam mendukung proses pendidikan anak-anak. Demikian pula, Indonesia berusaha tidak menjadi bangsa dungu dan keterbelakangan di era teknologi dan komunikasi yang terus berkembang. Pendidikan menjadi hal sangat penting bagi anak-anak di Indonesia, meskipun masih banyak orang tua yang kurang mempedulikan hal ini.
Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk tidak hanya cerdas IQ (Intelligence Qoutient) tetapi juga memiliki karakter yang kuat. Pembentukan karakter anak memerlukan waktu dan konsistensi, terutama melalui pendidikan karakter. Lingkungan keluarga menjadi landasan utama bagi pendidikan karakter anak. Keluarga, sebagai lembaga pendidikan pertama, memberikan dasar perilaku dan kepribadian yang penting bagi kehidupan anak di masa depan.
Keluarga sebagai satuan unit sosial terkecil memiliki tanggung jawab utama dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua berperan sebagai pendidik yang meletakkan dasar kepribadian anak. Mereka menciptakan interaksi intim, penuh kasih sayang, dan berlangsung lama. Orang tua memiliki peran penting dalam membenahi kesehatan mental anak dan menjadi sumber utama pendidikan moral bagi mereka.
Pandangan umum menyatakan bahwa keluarga adalah sumber pendidikan moral utama bagi anak-anak. Orang tua, sebagai guru pertama dalam pendidikan moral, memberikan pengaruh berkelanjutan terhadap perkembangan moral anak-anak. Oleh karena itu, pemahaman orang tua terhadap kebutuhan dasar anak menjadi kunci penting dalam mempersiapkan anak untuk peran mereka di sekolah, baik secara mental maupun moral.
Peran orang tua dalam mengasuh anak sangatlah krusial. Pola asuh yang baik dapat membantu tumbuhnya nilai-nilai positif seperti kepedulian, kejujuran, kemandirian, dan keceriaan pada anak. Cara pengasuhan yang baik juga melindungi anak dari risiko-risiko seperti rasa cemas, depresi, pergaulan bebas, serta penyalahgunaan alkohol dan narkoba.
-
Apa itu Pola Asuh Positif Parenting?
Pola asuh positif atau positive parenting adalah gaya pengasuhan anak yang menekankan pada penghargaan, penguatan positif, dan komunikasi yang terbuka antara orangtua dan anak. Positive parenting juga menghindari penggunaan hukuman fisik atau kekerasan sebagai metode pengasuhan. Beberapa prinsip pola asuh positif yang dapat diterapkan antara lain:
-
- Mengakui perilaku positif anak: Memberikan pujian dan penghargaan ketika anak melakukan perilaku yang diharapkan atau positif.
- Memberikan pengarahan positif: Menggunakan bahasa yang positif untuk memberikan arahan pada anak, contohnya dengan memberitahu anak apa yang harus dilakukan daripada melarang anak untuk tidak melakukan suatu hal.
- Menjalin komunikasi yang terbuka: Mendengarkan dengan penuh perhatian ketika anak berbicara dan memberikan kesempatan pada anak untuk berbicara tanpa takut atau terintimidasi.
- Menetapkan batasan yang jelas: Mengatur batasan yang jelas dan konsisten bagi anak, serta menjelaskan alasan di balik batasan tersebut.
- Memberikan konsekuensi sesuai perilaku anak, seperti menghapus keuntungan saat melanggar aturan, memberi peluang belajar dari kesalahan.
-
Menerapkan Pola Asuh Positif: Kunci Sukses Hubungan Orang Tua dan Anak
Dengan menerapkan pola asuh positif, orangtua dapat membantu anak untuk tumbuh dan berkembang dengan lebih baik, serta membentuk hubungan yang lebih baik antara orang tua dan anak.
Namun, beberapa orang tua mungkin kesulitan menerapkan pola asuh positif dan menjadi tidak sabar. Hal ini dapat mempengaruhi perubahan pola asuh dari positif menjadi negatif. Beberapa perilaku atau tindakan yang sebaiknya dihindari agar tidak berdampak negatif pada perkembangan anak antara lain:
-
- Kekerasan fisik, seperti memukul atau menggunakan hukuman fisik, bisa menyebabkan cedera fisik dan emosional pada anak, serta berdampak negatif pada perkembangan psikologisnya.
- Kekerasan verbal: Kekerasan verbal seperti menghina, memaki, atau mengancam anak dapat merusak kepercayaan diri anak dan memengaruhi perkembangan bahasa dan kognitifnya.
- Kekerasan psikologis: Kekerasan psikologis seperti mengabaikan, menyalahkan, atau mempermalukan anak dapat menyebabkan masalah perilaku dan emosi pada anak.
- Kontrol yang berlebihan: Terlalu banyak mengendalikan dan membatasi anak, seperti memilih teman dan aktivitas mereka, dapat membuat anak merasa tidak dihargai dan tidak mandiri.
- Kurang memberikan kasih sayang: Kesulitan memberikan perhatian yang memadai dapat membuat anak merasa terisolasi, kesepian, dan berpotensi memengaruhi perkembangan sosial dan emosionalnya.
Dalam mendidik anak, penting untuk menghindari perilaku tersebut dan fokus pada memberikan dukungan, penghargaan, serta kasih sayang untuk pertumbuhan dan perkembangan positif mereka.
Penulis: Khosi
Editor: Cantika