Menjadi orang tua bisa dikatakan sulit sulit gampang. Hal ini karena anak lahir dengan membawa keunikan karakter maupun sifat masing-masing. Orang tua perlu tau mengenai posisi anak dalam parenting. Rasulullah SAW menjelaskan kondisi dan kedudukan anak serta orang tua pada hadits berikut yang diceritakan Abu Hurairah RA:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
Artinya: “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR Bukhari dan Muslim).
Berikut ulasan terkait posisi anak dalam parenting Islam:
- Amanah dari Allah SWT
Anak adalah kepercayaan dari Allah SWT yang dititipkan kepada orang tuanya. Untuk itu, anak harus diurus dan dijaga dengan baik agar dapat tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani maupun rohani. Setiap manusia diciptakan untuk menjadi hamba-Nya.
Allah SWT berfirman dalam QS. Az-Zariyat ayat 56 sebagai berikut:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ – ٥٦
Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56)
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menegaskan, kelak Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban orang tua tentang amanah yang diberikan itu. Apakah amanah tersebut ditunaikan dengan baik atau tidak.
Posisi anak dalam parenting islam bisa jadi anugerah bahkan menjadi cobaan bagi orang tua
2. Anugerah dan nikmat dari Allah SWT
Anak adalah karunia dan nikmat yang datang dari Allah SWT. Kehadiran anak dapat memberikan kebahagiaan bagi orang tuanya. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. asy-Syura ayat 49-50 sebagai berikut:
لِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ ۗيَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ اِنَاثًا وَّيَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ الذُّكُوْرَ ۙ – ٤٩ اَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَّاِنَاثًا ۚوَيَجْعَلُ مَنْ يَّشَاۤءُ عَقِيْمًا ۗاِنَّهٗ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ – ٥٠
Artinya: “Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.” (QS. asy-Syura: 49-50).
- Ujian dan cobaan
Selain sebagai sebuah berkat dari Allah SWT, anak juga merupakan ujian dan cobaan bagi orangtuanya. Hal ini ditegaskan dalam QS. At-Taghabun ayat 15.
اِنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ – ١٥
Artinya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.” (QS. At-Taghabun: 15)
Memiliki anak dapat membuat orang tua menjadi sombong dan berfokus pada anak saja. Terkadang orang tua terlena sehingga merasa bangga dan lebih unggul dari orang lain.
Anak sebagai penerus keturunan dan penyambung pahala bagi orang tuanya
- Penerus garis keturunan
Anak adalah keturunan orang tua. Keberadaannya menjadi penerus cita-cita hidup dan penerus keturunan orang tuanya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mendidik, membimbing, dan mengasuh anaknya dengan baik.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 133:
اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ – ١٣٣
Artinya: “Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” (QS. Al Baqarah: 133)
5. Penyambung pahala orang tua
Anak yang saleh adalah anak yang sikap dan perilakunya mencerminkan keimanan dan keislaman. Anak yang saleh memiliki ketaatan dan ketundukan sesuai syariat Allah SWT dan rasul-Nya. Ia juga bermanfaat bagi orang lain dan sekitarnya. Kesalehan inilah yang akan jadi jaminan terkabulnya doa bagi kedua orang tua.
Disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Muslim yang bersumber dari Abu Hurairah ra.
عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثَةِ: إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah bersabda: “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya.” (HR. Muslim)
Posisi anak dalam parenting sebagai makhluk independen
- Makhluk yang mandiri
Anak adalah makhluk Allah SWT yang punya takdirnya sendiri. Seorang anak memiliki kehendak dan suratan takdirnya sendiri, terlepas dari paksaan orang lain termasuk orang tuanya.
Setiap manusia yang lahir di dunia akan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya sendiri. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT dalam QS. an-Najm ayat 39-41 sebagai berikut:
وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ – ٣٩ وَاَنَّ سَعْيَهٗ سَوْفَ يُرٰىۖ – ٤٠ ثُمَّ يُجْزٰىهُ الْجَزَاۤءَ الْاَوْفٰىۙ – ٤١
Artinya: “dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,” (QS. an-Najm: 39-41).
Demikian adalah ulasan terkait posisi anak dalam parenting yang perlu diketahui orang tua. Sebagai orang tua perlu memahami keinginan, kebutuhan dan posisi anak supaya parenting yang diberikan bisa diterima anak dengan baik.